Disaster Recovery Plan (DRP) adalah aspek penting yang perlu dipersiapkan perusahaan untuk menghadapi kemungkinan bencana yang bisa merusak sistem dan data mereka. DRP merupakan rencana untuk mengembalikan sistem operasi bisnis setelah terjadinya bencana, baik kerusakan fisik maupun gangguan digital seperti cyber crime atau kerusakan sistem.
Dalam artikel ini, kamu akan memahami secara mendalam apa itu DRP, fungsi-fungsinya, jenis-jenisnya, dan bagaimana cara membuatnya. Selain itu, kamu juga akan mendapatkan gambaran tentang perbedaan antara Business Continuity Plan (BCP) dan DRP yang sering disalahartikan. Langsung saja, mari kita simak pembahasannya secara lengkap!
Apa itu DRP (Disaster Recovery Plan)?
Source: Freepik
DRP (Disaster Recovery Plan) adalah rencana untuk memulihkan sistem operasional perusahaan setelah terjadinya bencana atau gangguan besar yang menghambat kelancaran proses bisnis. Bencana yang dimaksud bisa berupa kerusakan perangkat keras, dampak serangan siber, kegagalan jaringan, kebakaran, atau bencana alam yang mengancam data dan infrastruktur penting lainnya.
Tujuan utama dari DRP adalah untuk memastikan bahwa dalam keadaan darurat, organisasi dapat melakukan pemulihan data dan sistem yang kritis dengan cara yang efisien dan cepat. Proses pemulihan ini akan melibatkan berbagai tindakan yang berbeda, tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi.
Selain itu, DRP juga meliputi pemulihan yang berfokus pada ketersediaan aplikasi, sistem, dan infrastruktur yang memungkinkan organisasi untuk melanjutkan operasional meskipun ada gangguan yang signifikan. Dalam dunia digital yang semakin rentan terhadap ancaman, DRP bukan lagi sekadar tambahan, melainkan kebutuhan vital bagi setiap bisnis.
Fungsi DRP (Disaster Recovery Plan)
Source: Freepik
Disaster Recovery Plan (DRP) memiliki berbagai fungsi penting yang membantu organisasi untuk tetap beroperasi meskipun menghadapi bencana atau gangguan besar. Tanpa adanya DRP yang matang, perusahaan atau organisasi dapat menghadapi kerugian finansial yang signifikan dan kerusakan reputasi yang sulit diperbaiki. Berikut adalah beberapa fungsi utama DRP yang sangat krusial bagi kelangsungan bisnis.
1. Pemulihan Data dan Sistem yang Cepat
Fungsi utama dari DRP adalah memastikan bahwa data penting dan sistem yang terganggu akibat bencana dapat segera dipulihkan. Data adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan, dan kehilangan data dalam jumlah besar bisa berakibat fatal. DRP berfungsi untuk menyediakan langkah-langkah yang jelas dalam pemulihan data melalui backup dan pemulihan dari titik pemulihan yang telah ditentukan. Sebagai contoh, jika terjadi bug atau error yang merusak sistem, DRP akan memastikan bahwa ada cadangan yang siap digunakan untuk memulihkan kondisi sistem ke keadaan sebelumnya.
2. Mengurangi Downtime dan Kerugian Finansial
Downtime adalah salah satu kerugian terbesar bagi bisnis. Setiap jam atau bahkan menit downtime bisa menyebabkan kerugian finansial yang besar. DRP membantu meminimalkan downtime dengan prosedur pemulihan yang efisien. Dengan DRP yang terencana dengan baik, organisasi dapat mengembalikan layanan dan operasional bisnis dengan lebih cepat, mengurangi dampak negatif terhadap produktivitas dan pendapatan. Dalam konteks keamanan siber, jika terjadi serangan malware, DRP akan mencakup langkah-langkah untuk membersihkan infeksi dan memulihkan sistem tanpa menunda operasional lebih lama.
3. Menjaga Keamanan Data dan Infrastruktur
Selain pemulihan data, DRP juga berfungsi untuk meningkatkan dan menjaga keamanan infrastruktur TI organisasi. Misalnya, jika terjadi celah keamanan website yang dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, DRP harus mencakup pemulihan dan pengamanan ulang untuk mencegah masalah yang lebih besar. DRP akan memastikan bahwa kebijakan keamanan yang sudah ada dilaksanakan dengan baik, termasuk pengelolaan akses dan enkripsi data. Dengan cara ini, potensi risiko kehilangan data atau akses yang tidak sah dapat diminimalkan.
4. Menjamin Kepercayaan Pelanggan dan Stakeholder
Salah satu manfaat tak langsung dari DRP adalah peningkatan kepercayaan dari pelanggan dan stakeholder. Ketika sebuah organisasi menunjukkan bahwa mereka memiliki rencana untuk pemulihan bencana, hal ini menunjukkan bahwa mereka serius dalam menjaga kelangsungan bisnis dan melindungi data pelanggan. Kepercayaan ini sangat penting, terutama bagi perusahaan yang beroperasi di sektor yang sangat bergantung pada sistem IT, seperti e-commerce dan fintech.
Misalnya, jika sebuah web server mengalami kegagalan dan tidak ada DRP, pelanggan bisa kehilangan akses ke layanan, yang pada akhirnya dapat merusak reputasi bisnis. Namun, dengan DRP, sistem dapat dipulihkan dengan cepat, dan pelanggan tetap dapat merasa aman dan terus menggunakan layanan.
5. Meningkatkan Kesiapan Menghadapi Ancaman Keamanan
DRP juga mempersiapkan organisasi untuk menghadapi ancaman yang mungkin datang di masa depan, baik itu serangan dari luar seperti serangan malware maupun bencana alam yang merusak infrastruktur fisik. Rencana pemulihan yang baik mencakup antisipasi terhadap berbagai kemungkinan ancaman dan memastikan bahwa langkah-langkah mitigasi sudah siap diterapkan. Dengan DRP yang baik, organisasi tidak hanya memulihkan operasional setelah bencana, tetapi juga meningkatkan ketahanan terhadap ancaman di masa depan.
6. Menjaga Kepatuhan terhadap Regulasi
Banyak industri yang mengharuskan perusahaan memiliki DRP sebagai bagian dari kebijakan dan regulasi yang harus dipatuhi. Misalnya, perusahaan di sektor keuangan atau kesehatan diwajibkan untuk memiliki DRP yang memenuhi standar tertentu, termasuk cara menangani data sensitif. DRP yang dirancang dengan baik akan membantu organisasi untuk mematuhi regulasi ini dan menghindari potensi denda atau tindakan hukum yang merugikan.
7. Mengurangi Biaya Pemulihan yang Tidak Terduga
Tanpa DRP, biaya pemulihan dapat membengkak dengan cepat. Mungkin ada biaya tambahan untuk memperbaiki sistem yang rusak, mengembalikan data, atau bahkan mengamankan sistem dari ancaman. Dengan adanya DRP yang jelas, perusahaan dapat mengelola dan merencanakan anggaran untuk pemulihan dengan lebih efisien. Semua prosedur sudah direncanakan sebelumnya, dan organisasi dapat segera mengeksekusi langkah-langkah pemulihan yang diperlukan tanpa harus memikirkan biaya tambahan yang tidak terduga.
Jenis-Jenis DRP (Disaster Recovery Plan)
Source: Freepik
Ada berbagai jenis DRP yang dapat diterapkan, tergantung pada jenis infrastruktur dan kebutuhan organisasi. Berikut adalah beberapa jenis DRP yang umum digunakan:
1. Virtualized Disaster Recovery Plan
Dalam jenis DRP ini, pemulihan data dan sistem dilakukan pada platform virtualisasi, yang memungkinkan perusahaan memulihkan sistem dalam waktu singkat tanpa menggunakan perangkat keras fisik. Dengan menggunakan teknologi virtualisasi, organisasi dapat mencadangkan dan memulihkan data lebih cepat dan lebih efisien. Virtualized DRP juga memungkinkan pengelolaan yang lebih fleksibel dan biaya pemulihan yang lebih rendah.
2. Network Disaster Recovery Plan
Jenis DRP ini berfokus pada pemulihan infrastruktur network security setelah terjadi gangguan. Dalam banyak kasus, serangan siber atau bencana alam dapat merusak infrastruktur jaringan secara signifikan, yang dapat mengakibatkan downtime lama. Network DRP memastikan bahwa rencana pemulihan jaringan dapat segera dilaksanakan dengan memulihkan perangkat jaringan utama seperti router, switch, dan firewall, sehingga komunikasi dan konektivitas kembali berfungsi.
3. Data Center Disaster Recovery Plan
DRP jenis ini adalah yang lebih berfokus pada pemulihan data dan aplikasi yang ada di dalam pusat data (data center). Data center adalah lokasi yang menyimpan seluruh tier data penting perusahaan, sehingga pemulihannya harus dilakukan dengan cepat dan efektif untuk mencegah kerugian data. Rencana ini melibatkan prosedur untuk memulihkan server, database, dan aplikasi kritis yang mendukung operasional perusahaan.
4. Cloud Disaster Recovery Plan
Cloud DRP mengandalkan infrastruktur cloud untuk pemulihan data dan sistem. Banyak organisasi sekarang memilih cloud computing sebagai tempat penyimpanan data utama mereka karena cloud menawarkan fleksibilitas, skalabilitas, dan kemudahan dalam pemulihan. Cloud DRP memastikan bahwa meskipun terjadi bencana di pusat data fisik, data dan aplikasi tetap dapat diakses dan berfungsi di cloud, memungkinkan kelangsungan bisnis yang lebih baik.
Cara Membuat Disaster Recovery Plan (DRP)
Source: Freepik
Membuat Disaster Recovery Plan (DRP) yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan risiko yang dihadapi organisasi. DRP adalah sebuah rencana yang dirancang untuk membantu perusahaan mengatasi berbagai jenis bencana yang dapat mengganggu operasional dan infrastruktur TI mereka. Berikut adalah langkah-langkah penting dalam membuat DRP yang komprehensif.
1. Identifikasi dan Evaluasi Risiko
Langkah pertama dalam membuat DRP adalah mengidentifikasi potensi risiko dan ancaman yang dapat mempengaruhi sistem, data, dan operasional bisnis. Ini bisa mencakup bencana alam, serangan malware, atau kerusakan pada cloud server. Setelah itu, evaluasi dampak dari setiap ancaman ini terhadap perusahaan. Hal ini akan membantu menentukan prioritas pemulihan dan langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil.
2. Tentukan Tim Pemulihan
Setelah risiko teridentifikasi, langkah berikutnya adalah membentuk tim pemulihan yang akan bertanggung jawab dalam mengelola proses pemulihan. Tim ini biasanya terdiri dari anggota yang memiliki pemahaman mendalam tentang sistem TI perusahaan, seperti administrator jaringan, teknisi perangkat keras, dan staf keamanan siber. Tim ini akan memastikan bahwa setiap aspek DRP dapat dijalankan dengan efektif dan tepat waktu ketika diperlukan.
3. Penyusunan Prosedur Pemulihan
Selanjutnya, tentukan prosedur pemulihan yang jelas dan terperinci untuk setiap jenis bencana. Prosedur ini mencakup langkah-langkah untuk memulihkan data dan sistem dengan cepat dan efisien. Prosedur pemulihan juga harus mencakup cara mengidentifikasi masalah seperti bug atau error dalam sistem dan memastikan bahwa proses pemulihan tidak menambah kerusakan. Pastikan semua sistem yang penting untuk kelangsungan bisnis, seperti server dan aplikasi utama, memiliki salinan cadangan yang dapat dipulihkan dalam waktu singkat.
4. Backup Data Secara Teratur
Backup data adalah bagian penting dari DRP. Pastikan bahwa data penting disalin secara teratur ke lokasi yang aman, baik secara lokal maupun di cloud. Backup ini harus mencakup data yang tersimpan dalam sistem internal, serta data yang ada dalam aplikasi berbasis web. Menjaga salinan data yang teratur akan memastikan bahwa perusahaan dapat memulihkan informasi penting dalam kondisi apapun. Pengujian backup juga harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa data yang disalin dapat dipulihkan dengan benar.
5. Uji Coba Rencana Secara Berkala
Setelah DRP disusun, pastikan untuk melakukan uji coba secara berkala. Uji coba ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua anggota tim tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana dan bahwa prosedur yang telah disusun berjalan sesuai rencana. Pengujian ini juga membantu mengidentifikasi potensi kekurangan dalam rencana yang perlu diperbaiki. Jika ada perubahan dalam infrastruktur TI atau proses operasional, pastikan DRP juga diperbarui agar tetap relevan.
6. Dokumentasi dan Komunikasi
Terakhir, pastikan semua prosedur dan langkah-langkah pemulihan terdokumentasi dengan baik dan mudah diakses oleh tim pemulihan. Dokumentasi ini juga harus mencakup informasi kontak penting, lokasi backup, serta detail prosedur pemulihan spesifik. Komunikasi yang jelas dan efektif antara anggota tim sangat penting untuk keberhasilan pemulihan. Pastikan semua pihak yang terlibat dalam DRP memahami peran dan tanggung jawab mereka.
Perbedaan antara BPC dan DRP
Source: Medium
BPC (Business Continuity Plan) dan DRP sering dianggap sama, tetapi keduanya memiliki fokus yang berbeda. BPC berfokus pada kelangsungan operasional organisasi secara keseluruhan, termasuk kebijakan, prosedur, dan strategi yang diterapkan untuk menjaga agar bisnis tetap berjalan meskipun ada gangguan. Sedangkan DRP adalah bagian dari BPC yang lebih fokus pada pemulihan teknologi, data, dan sistem setelah terjadi bencana.
Butuh Cloud VPS Handal untuk Memaksimalkan DRP?
Disaster Recovery Plan (DRP) adalah strategi penting yang membantu organisasi untuk mengatasi gangguan operasional akibat bencana atau serangan siber. Dengan DRP yang tepat, perusahaan dapat memulihkan data dan sistem dengan cepat, mengurangi downtime, dan menjaga kepercayaan pelanggan. Fungsi DRP yang utama adalah untuk memastikan kelangsungan bisnis meskipun terjadi kegagalan sistem atau ancaman dari luar.
Dalam hal ini, layanan Cloud VPS dari Nevacloud dapat menjadi solusi ideal untuk memastikan bahwa data dan aplikasi penting perusahaan tetap aman dan mudah diakses, bahkan jika terjadi bencana. Dengan infrastruktur cloud yang kuat, Nevacloud menawarkan keamanan dan keandalan untuk mendukung implementasi DRP secara efektif.